Jakarta - Junk food tidak hanya bisa
menyebabkan obesitas dan berbagai gangguan kesehatan. Menurut penelitian
terbaru, makanan cepat saji juga berpotensi memengaruhi tingkat IQ pada
anak.
Penelitian yang dimuat dalam Journal of Epidemiology and Community Health mengungkapkan, anak yang sering makan junk food berpotensi memiliki IQ lebih rendah saat mereka dewasa. Bagaimana junk food memengaruhi tingkat intelektualitas anak?
Dikutip
dari Care2, penelitian tersebut melibatkan 14.000 anak yang lahir pada
tahun 1991 dan 1992. Para peneliti memeriksa pola diet dan perkembangan
otak mereka pada usia 3, 4, 7 dan 8,5 tahun. Selama periode studi,
orangtua mereka memberikan penjelasan tentang konsumsi makanan dan
minuman anak-anaknya.
Kemudian, partisipan dibagi ke dalam tiga kategori berdasarkan kebiasaan makan mereka. Kategori pertama adalah 'processed diet', dimana makanan yang mereka konsumsi mengandung gula dan lemak tinggi. Kedua, 'traditional diet' yang terdiri dari konsumsi daging dan kentang. Sedangkan kategori ketiga dilabeli 'health-conscious diet' yang terdiri dari sayuran, buah, pasta dan nasi.
Saat
usia responden menginjak 8,5 tahun, tingkat IQ mereka pun diukur.
Hasilnya, anak yang mengonsumsi makanan olahan memiliki IQ rata-rata
101, sementara anak dengan diet sehat IQ-nya rata-rata 106. Perbedaannya
memang tidak terlalu signifikan, namun bisa diketahui bahwa nutrisi
yang dikonsumsi anak saat kecil bisa berpengaruh pada kondisi fisik saat
usia mereka lebih besar.
"Junk food membuat anak lebih
sulit menerima pelajaran dan kemampuannya menangkap hal-hal baru di
lingkungan juga berkurang," ujar Pauline Emmet dari School of Social and
Community Medicine di University of Bristol, Inggris.
Para
peneliti juga menemukan bahwa anak yang mulai mengonsumsi junk food
sejak usia tiga tahun, efeknya pada otak lebih besar. Pada usia
tersebut, perkembangan otak anak sangat pesat dan sangat terpengaruh
oleh nutrisi yang mereka asup. Sementara kualitas diet pada anak usia 4
hingga 7 tahun tidak terlalu berpengaruh pada IQ mereka saat menginjak
usia 8,5 tahun.
"Sangat jelas bahwa pemilihan makanan sehat di
awal usia anak sangat mempengaruhi perkembangan otak saat mereka dewasa
nanti. Tidak hanya menjaga berat badan ideal dan sehat, tapi juga
meningkatkan kemampuan mereka belajar di sekolah," tutur Direktur dari
School Food Trust.
Selain diet sehat, aktivitas fisik juga bagus
untuk perkembangan otak anak. Sirkuit motorik primer yang terhubung
dengan cerebellum --yang mengontrol postur tubuh dan koordinasi gerak--
berkembang selama anak mendekati usia dua tahun. Dalam periode ini, anak
mulai mengeksplorasi apapun yang dilihat dan terjadi pada lingkungan
sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar